Indonesia berpotensi hasilkan 82 juta ton sampah per tahun di 2045. Bagaimana solusinya?
Potensi Krisis Sampah di Tahun 2045
Indonesia menghadapi ancaman serius dengan proyeksi 82 juta ton sampah per tahun pada 2045. Saat ini, banyak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah melebihi kapasitas. Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas, Priyanto Rohmattulah, menyoroti perlunya intervensi pemerintah yang lebih progresif. Kapasitas TPA diperkirakan hanya mampu bertahan hingga 2028.
Anggaran pengelolaan sampah di banyak daerah, termasuk Yogyakarta, kurang dari 1 persen. Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap isu ini. Priyanto menekankan pentingnya Rencana Induk Pengelolaan Sampah (RIPS), yang baru dimiliki oleh sekitar 200 dari 514 pemerintah kabupaten/kota.
Strategi Pengelolaan Sampah yang Efektif
Pada aspek teknis, pengelolaan sampah di Indonesia masih terbatas pada pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan. Pemilahan sampah di tingkat rumah tangga masih jarang dilakukan. Hal ini menyebabkan TPA menjadi penuh dan beroperasi dengan metode open dumping.
Dari sisi kelembagaan, sering terjadi tumpang tindih peran antara regulator dan operator, mengakibatkan kurangnya transparansi. Priyanto menyoroti pentingnya pengelolaan retribusi sampah yang lebih baik untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan sampah.
Kementerian PPN/Bappenas mengadopsi konsep Triple Planetary Crisis, yang mencakup perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Priyanto mengingatkan bahwa perilaku manusia berkontribusi pada ancaman kepunahan hampir 1 juta spesies.
Luluk Lusiantoro dari UGM menekankan pentingnya mengadopsi konsep ekonomi circular dalam pengelolaan sampah, yaitu Degrowth, Regenerate, dan Educate. Ini mencakup perubahan model bisnis, regenerasi sumber daya, dan edukasi masyarakat.
Simposium yang diselenggarakan UGM memperingati tragedi longsoran sampah di TPA Leuwigajah. Arif Nurcahyo dari UGM menyoroti kompleksitas isu sampah seiring pertumbuhan populasi dan keterbatasan fasilitas pengolahan.
UGM berperan aktif dalam mencari solusi pengelolaan sampah dengan melibatkan berbagai pihak. Arif menekankan pentingnya pendekatan hati dan kerendahan hati dalam menyelesaikan masalah sampah, bukan hanya dengan logika dan kepintaran.